Untuk Masa Depan Bumi Yang Lebih Baik, Ayo Dukung Program Langit Biru!


Ada beberapa isu lingkungan yang penting yang harus kita ketahui dan kita jaga agar tetap tersuarakan. Diantarany adalah; Polusi, Perubahan iklim, Populasi, Penipisan sumber daya alam, Pembuangan limbah, Kepunahan keanekaragaman hayati, Deforestasi atau penggundulan hutan, dan Fenomena pengasaman laut. Kesemua ini tentu saja sebagian besar adalah imbas dari gaya hidup manusia yang masih banyak sekali yang apatis. Gaya hidup manusia memberi pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan. 

Aliansi organisasi masyarakat sipil untuk transisi energi se-Asia Tenggara (The Southeast Asia Energy Transition CSO Network) merilis data terkait ketimpangan dan ketidakberlanjutan emisi karbon di Filipina yang didapat dari riset bersama Oxfam International dan Stockholm Environment Institute.

Data juga diambil dari Global Carbon Atlas dan Indonesia menjadi salah satu negara yang disebutkan dalam riset tersebut. Riset ini diluncurkan bersamaan dengan momen Sidang Umum PBB di mana para pemimpin dunia berkumpul untuk berdiskusi mengenai tantangan global seperti krisis iklim.

Riset ini menganalisis bagaimana emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan konsumsi masyarakat yang datang dari berbagai kelas—baik dari konsumsi makanan, kendaraan bermotor, listrik, hingga penerbangan—telah melepas karbon ke atmosfer.

Emisi karbon ini menyebabkan peningkatan suhu Bumi yang mengakibatkan kian banyaknya bencana alam dan berdampak pada kelompok miskin dan termarjinalkan.

Selama pandemi, emisi karbon global sempat mengalami penurunan karena regulasi lockdown yang dilakukan di hampir seluruh dunia. Namun, angka emisi karbon global akan cenderung kembali meningkat setelah pemerintah di banyak negara mulai melonggarkan aturan lockdown dan Asia kembali menjalani bisnisnya seperti sedia kala. Di Indonesia sendiri, tingkat polusi udara secara umum mengalami penurunan selama masa pandemi. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebutkan, pada Juli lalu terjadi penurunan tingkat konsentrasi partikel PM 2,5 di beberapa daerah di Indonesia. PM 2,5 adalah partikulat berukuran 2,5 mikrometer yang terkandung di asap dan udara yang berbahaya bagi pernapasan manusia.

Di Jakarta, partikel PM 2,5 turun 15% dengan nilai rata-rata sebesar 26,87 mg/m3. Namun, angka tersebut masih di atas standar baku mutu PM 2,5 sebesar 15 mg/m3. Adapun di menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), standar baku mutu PM 2,5 idealnya di angka 10 mg/m3. Beberapa daerah lain yang mengalami penurunan tingkat polusi udara antara lain Jambi, Aceh, Padang, Batam dan Makassar. Penurunan polusi di daerah-daerah itu berkisar antara 14-18%.

Keadaan yang sudah baik ini tentu saja harus segera diteruskan dan dicarikan solusi tepat agar terus membaik karena jika tidak seperti yang sudah dikatakan di atas, potensi bencana dan penyakit akan terus meningkat. 60% penyakit di masyarat disebebkan oleh jeleknya kualitas udara. Lalu apa yang bisa kita lakukan saat ini?

Program Langit Biru, Untuk Udara Bersih yang Terus Baru

Program langit biru adalah program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor. Program Pertamina ini mengajak masyarakat untuk lebih bijak menggunakan dalam menggunnakan Bahan Bakar Minyak dan menjadikan gaya hidup menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan menjadi tren. Selain untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik, pemakaian energi bersih juga bisa mendukung program bauran energi baru dan terbarukan yang dicanangkan pemerintah.

PT Pertamina mulai menjalankan PLB di awal tahun 2020 lalu. Empat daerah yang turut serta dalam talkshow dan diskusi publik, merupakan target wilayah baru dari pelaksanaan program ini, yakni Papua, Makasar, Mataram dan Termasuk Ibu Kota.

Salah satu cara untuk mempertahankan kualitas udara tetap bersih, KLHK telah memasang Stasiun Pemantau Kualitas Udara di beberapa daerah. Sedangkan bagi sektor transportasi memberlakukan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang untuk Kendaraan Bermotor Tipe Baru adalah hal penting. Sesungguhnya, program ini sudah sangat strategis untuk mengendalikan emisi gas buang dari kendaraan bermotor untuk jangka panjang. Kebijakan ini akan meningkatkan kompetisi industri kendaraan dengan konsep zero emission vehicle. Namun yang menjadi masalah saat ini ada pada konsistensi pemerintah dan sosialisasi merata pada masyarat. 

Nah kemarin banget Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan KBR mengadakan Diskusi Publik dengan tema Penggunaan BBM Ramah Lingkungan dalam Mewujudkan Program Langit Biru. Diskusi publik yang berlangsung dari jam 8.30 - 12.00 WIB ini setidaknya saya pribadi menjadi tahu dan faham beberapa hal yang selama ini bahkan jarang terpikirkan. Misalnya saya pernah berpikir bahwa perbedaan BBM Premium, Pertalite dan Premium hanya semata-mata untuk memberi spasi antara si mampu dan si tidak mampu, ternyata lebih dari itu, ternyata ada semacam dilema disana. Kita membutuhkan udara bersi, bebas dari emisi karbon sehingga terwujud Langit Biru tetapi untuk itu kita harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli BBM dengan kualitas tinggi dan ramah lingkungan, di sisi lain masyarakat masih banyak yang belum sanggup untuk betul-betul beralih dari BBM kualitas rendah kepada BBM kualitas tinggi dan ramah lingkugan tadi. Tentulah ini menjadi PR yang cukup penting bagi pemerintah 



Dari diskusi publik yang di moderasi oleh Penyiar KBR Rizal Wijaya ini kita mendapat gambaran betapa negara kita masih berada di belakang banget soal urusan kebjikan menggunaan BBM yang ramah lingkungan bahkan jauh tertinggal dari beberapa negara ASEAN. Upaya Pertamina dan Pemerinta sebetulnya sudah tepat dalam langkah-langkah mereduksi semakin tercemarnya udara hanya saja seperti yang saya katakan di atas masih belum ditemukan solusi yang tepat dari dilema tadi. Maka itu lewat dskusi publik yang memaparkan banyak fakta dan informasi tentang lingkugan kita ini, kita semua bisa menjadi agen-agen yang mengajak masyarakat untuk lebih aware dan bersama-sama mensukseskan Program Langit Bitu ini. Mengingat tahun 2015 silam melalui Paris Protocol, Pemerintah dan PT. Pertamina sudah menandatangi kesepakatan untuk mereduksi emisi gas menjadi 29-40 persen di 2050. 

Ada masyarakat yang masih belum mempunyai awareness yang baik, masih mempunyai mindset bahwa dengan bahan bakar yang lebih rendah maka pengeluaran saya akan lebih rendah. Padahal dimensi biaya itu tidak bisa dipisah-pisahkan, tapi terintegrasi dengan biaya kesehatan kita, bagaimana dengan biaya perawatan kendaraan kita, apalagi dengan bahan bakar yang tidak sesuai spek.

Sinergi Semua Pihak adalah Kunci Sukses Program Langit Biru 

Tentu saja demikian karena kita di bawa langit yang sama. Bagaimana jadinya jika kita satu payung tetapi tidak bisa bersinergi menjaga payung kita agar tetap utuh melindungi? Bagaimana jadinya jika satu pihak berupaya keras menjaga udara dan langit tetap bersih sementara di sisi lain ada pihak yang melah melakukan sebaliknya. Tentu program sebagus apapun tidak akan berjajalan dengan baik. Kita harus menyadari tantangan-tantangan yang sudah terlihat di depan kita. Program yang sudah bagus ini septutnya kita dukung dengan sepenuh hati karena melihat tujuan besarnya; melindungi diri kita, keluarga, anak cucu kita dan semua makhluk yang hidup di bawah langit yang sama dengan kita. Selain harus mewariskan langit biru dan udara bersih pada anak-cucu kita hal terbaik yang bisa kita lakukan saat ini adalah memberikan edukasi dan memberikan contoh nyata babagaimana menjaga Bumi mulai dari hal terkecil, mulai diri nya sendi dan mulai dari saat ini. Lebih kurang seperti itulah yang di sampaikan pihak KLHK yang diwakili oleh Ibu Ratna.


Siapapun kita saat ini, kita tetaplah mempunyai peran dalam mengkampanyekan Program Langit Biru ini. Pada akhirnya saya sangat berterimakasi karena diberi kesempatan untuk bisa mengikuti diskusi publik ini karena disini selain semakin menyadari bahwa keberlangsungan hidup anak cucu kita di masa depan adalah tanggung jawab kita hari ini, saya juga senang sekali karena bisa mendengar langsung narasumber-narasumber yang keren mengungkapkan kepedulian mereka melalui program, melalui gerakan-gerakan lainnya. Selain dari Narasumber-narasumber, senang juga karena bisa mendengar langsung speech dari Ramon Y Tungka dan lainnya, paling tidak sekarang saya punya bekal untuk mengkampanyekan Program Langit Biru pada semua orang yang tentu saja kita mulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar yang terdekat dengan kita. 

Untuk teman-teman yang tidak sempat mengikuti webinar ini, kalian bisa menonton ulang disini 👉 Webinar KBR x YLKI - Diskusi Publik Penggunaan BBM Ramah Lingkungan



Comments

  1. Semoga jenis2 bbm yg bikin emisi karbon jelek buat lingkungan, tegas dihapus yaaa

    Jadi bisa ngarep nemu langit biru di penjuru Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar bu, tetapi harus ada jalan tengah biar masyarakat tidak kesulitan mendapatkan

      Delete
  2. Menurut Saya sosialisasi harus digenjot trus agar masyarakat semakin safari kalo premium itu ga baik.

    ReplyDelete

Post a Comment